top of page
Search

5 Perbedaan Kunci TCM Acupuncture dan Japanese Acupuncture

Updated: Feb 5, 2022

Akupuntur merupakan metode pengobatan yang menggunakan teknik penjaruman pada tubuh pasien. Berasal dari Tiongkok, menyebar ke Jepang, Korea, dan Asia secara umum, dan saat ini dikenal di seluruh dunia sebagai suatu teknik pengobatan komplementer yang diterima dengan baik oleh dunia pengobatan konvensional medis. Meskipun ilmu Akupuntur berasal dari Tiongkok, dalam prakteknya terdapat beberapa perbedaan mendasar antara TCM Acupuncture (Traditional Chinese Medicine) dan Japanese Acupuncture. Berikut adalah 5 Perbedaan Kunci di antara keduanya:

1. Ukuran Jarum

Japanese Acupuncture menekankan pada metode penjaruman yang halus dan lembut, sehingga dalam Japanese-style Acupuncture, jarum yang digunakan adalah jarum yang berukuran kecil dan tipis, serta lebih tajam, sehingga pasien sebisa mungkin tidak merasakan sensasi yang menyakitkan. Berbeda dengan TCM Acupuncture yang menggunakan jarum yang biasanya lebih lebar dan tumpul. TCM Acupuncture lebih menekankan pada rangsangan stimulasi jarum yang lebih agresif.

2. Metode Insersi Jarum

Metode penjaruman pada Japanese Acupuncture dilakukan dengan lebih lembut dan halus. Kedalaman pemasukan jarum-pun sangat dangkal dan seringkali hanyalah di permukaan kulit. Seringkali pada Japanese Acupuncture, Acupuncturist akan menggunakan Guide-tube. Guide-tube ini tidak dikenal oleh teknik Akupuntur klasik Tiongkok, karena Guide-tube sendiri baru ditemukan di Jepang pada tahun 1970-an. Metode penjaruman versi TCM seringkali lebih dalam, dan menunggu reaksi ngilu “de-Qi“. Dan pada perkembangannya, dalam Akupuntur TCM, Jarum lebih sering distimulasi setelah masuk ke dalam kulit.

3. Teknik Sentuhan (palpation)

Dikarenakan pada perkembangan awal Akupuntur di Jepang, penyandang Tuna Netra-lah yang seringkali menjadi Akupunturis, maka diagnosis melalui Perabaan/Sentuhan (palpation) menjadi teknik diagnosis yang paling diandalkan. Dan yang sering dilakukan adalah Perabaan dinding Abdomen dan Nadi. Sedangkan dalam Akupuntur TCM, diagnosis seringkali dilakukan dengan pemeriksaan penglihatan dan sedikit perabaan.

4. Penggunaan Herbal

Penggunaan Herbal dalam pengobatan tradisional Tiongkok merupakan hal yang sangat esensial, dan merupakan suatu modalitas yang utama dalam terapi, dan akupuntur menjadi terapi pendukung untuk terapi herbal-nya. Sedangkan dalam Japanese Acupuncture, Akupuntur menjadi modalitas utama, dan Akupunturis baru akan merujuk kepada ahli Herbal apabila pasien membutuhkan.

5. Moxa (Mogusa)

Moxa (Mogusa -japanese) merupakan derivate turunan dari tanaman Artemisia, dan sering digunakan oleh Japanese Acupuncturist dalam proses terapi Akupuntur. Seringkali Moxa dibakar dalam bentuk Cone yang ukuran kecil dan juga bola Kyutoshin yang dipasang pada jarum. Moxa memberikan reaksi yang melembutkan dan merileks-kan saat dipakai pada tubuh pasien.

Dalam praktek Japanese Acupuncture di Jakarta, Dr. Yudhi Gejali, menggunakan Teknik Yin – Yang Balancing yang digagas oleh Dr. Yoshio Manaka. Lebih lanjut dikenal dengan sebutan Manaka Acupuncture (yang merupakan teknik besar dalam Japanese-style). Untuk mengenal lebih jauh Manaka Acupuncture, baca di sini.

Untuk Appointment terapi dengan Dr. Yudhi Gejali, klik di sini.

Recent Posts

See All

INGIN BERKONSULTASI DENGAN dr. YUDHI GEJALI?

Per saat ini (Januari 2023) dr. Yudhi Gejali sedang membatasi diri untuk menerima klien baru, dan memfokuskan 70% waktu dan energinya untuk klien yang sebelumnya sudah menjalani program terapi yang sa

bottom of page